Senin, 02 Februari 2009

Seberapa Sehat Anda Secara Mental?


Skala berikut dirancang oleh penulis untuk memperkirakan tingkat kesehatan mental Anda. Jawablah setiap pernyataan sesuai dengan perasaan Anda dan dengan penuh kejujuran. Kecuali jika dan sampai saat Anda telah mengenal diri Anda sendiri, Anda tidak akan dapat menilai secara tepat. Ingatlah bahwa kejujuran adalah kunci pengembangan kepribadian Anda.

  • 1. Saya merasa tidak yakin atas kemampuan saya.
    Selalu/ hampir selalu/ kadang-kadang/ tidak pernah
  • 2. Masalah kecil dengan mudah dapat mengecewakan saya.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 3. Saya khawatir tentang masa depan saya.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 4. Saya kurang mampu mengambil keputusan.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak, pernah
  • 5. Saya mengalami suasana hati yang berubah-ubah.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 6. Saya menderita karena merasa tidak aman.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 7. Orang lain harus menolong saya membuat keputusan.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 8. Bahkan ketika di dalam kelompok, saya merasa tidak aman.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah .
  • 9. Saya merasa kehilangan penghargaan atas diri.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 10. Saya tidak dapat membuat keputusan bahkan ketika saya ingin melakukan sesuatu yang khusus.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 11. Saya merasa bahwa suatu bencana mungkin akan menimpa diri saya.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 12. Saya tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas dalam sekali jalan.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 13. Saya tidak mampu untuk memecahkan persoalan saya sendiri.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 14. Saya merasa bahwa masa depan saya tidak terencana dengan baik dan tidak terlihat jelas.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 15. Saya menghindari tanggung jawab.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 16. Saya tidak mampu mengambil keputusan dengan cepat dalam masalah apa pun.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 17. Saya merasa bahwa dunia ini tidak bersahabat.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 18. Saya membutuhkan lingkungan kerja yang kondusif.
    Selalu Ihampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 19. Saya tidak puas dengan hidup saya.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang/ tidak pernah
  • 20. Saya menjadi putus, asa ketika gagal dalam tugas apa pun.
  • Selalu/ hampir selalu / kadang-kadang / tidak pernah
  • 21. Saya tidak bergaul dengan baik dengan orang-orang
    di sekeliling saya.
  • Selalu / hampir selalu j kadang-kadang / tidak, pernah
  • 22. Saya merasa depresi dan murung.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang / tidak pernah
  • 23. Saya menderita karena merasa rendah diri.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang / tidak pernah
  • 24. Saya menjadi marah bahkan karena pembicaraan yang sedikit saja tidak menyenangkan.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang / tidak, pernah
  • 25. Saya merasa hidup saya adalah beban bagi keluarga.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang / tidak pernah
  • 26. Kesulitan kecil mengecewakan saya.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang / tidak pernah
  • 27. Saya kurang konsentrasi selagi bekerja.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang / tidak pernah
  • 28. Saya suka berkhayal.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang / tidak pernah
  • 29. Saya tidak memunyai pendekatan yang fleksibel.
    Selalu / hampir selalu / kadang-kadang / tidak pernah
  • 30. Dalam keadaan sulit, saya bertindak tanpa melihat fakta.
  • Selalu / hampir selalu / kadang-kadang / tidak pernah

Setelah memberi tanda pada jawaban Anda, berilah 1 poin untuk setiap jawaban selalu yang Anda centang; 2 poin untuk hampir selalu; 3 poin untuk kadang-kadang dan 4 poin untuk tidak pernah.

Jika Anda mendapat skor antara 91-120, Anda memunyai kesehatan mental yang sangat baik. Jika skor Anda antara 61-90, kesehatan mental Anda tergolong baik atau rata-rata. Skor antara 31-60 adalah /buruk. Skor antara 0-30 adalah sangat buruk.

Kamis, 29 Januari 2009

Hujan....


Siang itu dari balik kaca jendela kamar...

kutatap beberapa kuntum bunga mawar merah yang tengah mekar, tampak beberapa ekor lebah dan kupu-kupu berwarna putih terbang mengitari bunga yang indah itu, kemudian hinggap sejenak untuk menghisap nektar lalu terbang lagi sambil menunjukan tarian gemulai... terbang untuk mencari bunga lain...

Sepi.... kubiarkan lamunanku bergerak liar...

Cuaca beranjak dari panas menyengat menjadi sejuk... tampak dilangit gumpalan awan berarak menyatu dengan tumpukan awan yang telah ada sebelumnya...

Cuaca terus berubah menjadi semakin sejuk...dingin....

Sepi semakin membelit...!

Tiba-tiba ..... dheeeeeeeeeeer!!!

Suara gemuruh petir membuyarkan lamunanku yang entah sudah sampai ke arah mana...

Perlahan.... tik......tik.....tik....tik...tik..tik..

Hmmmm.. rupanya suara rinti hujan mulai membasahi seluruh dataran di sekitarku..

Semakin banyak tetesan hujan yang turun memuaskan dahaga tanah yang kering...

Kembali lamunanku melayang bersamaan dengan tetes-tetes air yang membasahi kaca di balik jendela..

Pikirku ...betapa senangnya para penghuni tanah yang telah cukup lama menanti berkah dari Sang Maha Pemberi Berkah lewat tetes-tetes air hujan itu.... betapa bersyukurnya tumbuhan yang mulai layu yang berharap tetes air yang menyegarkan kelayuannya.. betapa senangnya hewan liar yang telah lama kehausan karena sumber air telah mengering.. betapa senangnya petani yang berharap dapat mulai menugal sawah dan ladangnya....

Semua bersyukur... lamunanku terus melayang menembus batas atmosfir..terus melambung hingga ke alam semesta...

Tiba-tiba ..... dheeeeeeeeeeer!!!

Sekali lagi suara petir menyambar memekakan telinga disertai kilatan cahaya yang membuat terang beberapa saat... aku tersentak lamunanku pecah....hujan seakan ditumpahkan dari langit oleh ribuan malaikat..

Dalam suara hujan dan gemuruh petir pikiranku kembali berputar....

Hmmm....hujan....oh...hujan ini mulai mencemaskan sebagian orang..

Hujan ini akan menjadi banjir...kembali menjadi banjir.. sebagaimana tahun-tahun kemarin..

Bersyukur atau menggerutu....?....

Uhhhh.... pelik memikirkan.....

Beberapa saat kemudian aku tersadar dari lamunanku oleh suara azan Ashar dari Langgar dekat rumah... rupanya suara hujan sudah hampir tak terdengar lagi bersama redanya hujan..

Perlahan alam mulai terang ....Kutatap langit.. awan yang tadi menggumpal kini mulai berarak menjauh dan menghilang dibalik gunung.... mungkin mereka akan membagi berkah dari Sang Pemberi Rezki pada penghuni bumi di tempat lain...

Akupun beranjak dari kursi malas, menarik badanku, menyeret langkahku...

Kuayunkan langkah untuk berwudhu....

Saatnya waktuku untuk bersyukur tidak dengan ucapan saja tapi dengan ibadah kepada-Nya..

Selasa, 27 Januari 2009

- ARJUNED MENCARI AKHWAT -


Oleh: Adhitya Madani


Tulisan di sadur dari milis, bagus untuk dibaca semua orang


"Kalo kamu pengen bahagia, kamu kudu nikah ama akhwat, jangan ama cewek!" Juned terpekur. Pikirannya ngelantur. Perkataan Sarif—seorang penjaga masjid di kampung sebelah—membuat dirinya tak bisa tenang dalam perjalanan pulang. Akhwat? Makhluk jenis apakah itu? Di mana saya bisa menemukannya? Kemana saya harus mencari? Sekarang puluhan pertanyaan berkelabat dalam kepalanya.
Nama lengkapnya Junaedi Rahman Rahim. Panggilannya Juned. Dia anak seorang juragan minyak yang kaya-raya. Seorang kumbang yang lahir pas jum'at kliwon dan berwajah agak mirip Delon. Sebagai seorang kumbang. Rasanya berbagai jenis wanita pernah singgah dan bertekuk lutut pada Juned. Kapasitasnya sebagai seorang playboy cap kabel tak perlu diragukan lagi. Julukannya pun tak main-main: Arjuned.
Ada puluhan gadis yang pernah menjadi kekasihnya. Dari mulai yang putih-bersih, item manis, blasteran, sampai yang bahenol pun pernah menjadi pacarnya. Kecuali yang satu ini: Akhwat. Satu kata yang baru kali ini dia dengar. Seorang perempuan yang katanya bakalan memberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat..
"Apa gue balik lagi aja ya'? Kenapa gue gengsi buat nanya lebih jauh tentang akhwat sama si Sarif?" sekarang Juned benar-benar kebingungan. Dia lebih mirip orang yang linglung. Menyesal. Rasanya baru tadi dia membentak si Sarif.
"Eh, jangan sok tau luh! Sampe nasehatin gue kudu nikah ama siapa. Jangankan akhwat! Marshanda pun bisa gue dapetin!" Ujar Juned berapi-api.
Padahal di dadanya tersimpan banyak kekhawatiran. Sekelabat dia teringat kembali kata-kata ibunya yang super bawel. "Jun! pokoknya elu kudu cepet-cepet nikah! Ibu udah ga tahan denger elu gonta-ganti cewek melulu!"
'Duh, cewek emang bikin susah!" Batin Juned nyerocos sendiri.
Sebenarnya Juned berniat untuk cepat menikah. Usianya yang sudah dualima tahun menjelaskan hal itu. Sebagai seorang pewaris tunggal harta bapaknya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia: harta dan pangkat, telah dia miliki. Cuma seorang istri yang bisa mendampingi disaat susah dan senang saja yang belum dia miliki. Beberapa kali dia mencoba merajut kasih. Namun dari sekian puluh cewek yang dia pacari ternyata tak satupun yang mampu membuat dirinya bahagia. Apalagi beberapa diantara mereka hanya mengincar hartanya saja. Sungguh menyedihkan. Hal ini membuat Juned tak pernah serius menjalin hubungan dengan cewek manapun.
Juned mencari seseorang yang tulus mencintainya. Membuat dirinya mampu tersenyum lahir batin. Bukan karena dia seorang pewaris harta bapaknya. Tapi karena dirinya seorang manusia.
"Juuneeed juga manusia! Punya rasa punya hati" (Mungkin lagu itu yang sekarang sedang dinyanyikan Juned he..he).
Pagi berseri. Matahari tersenyum keki. Dengan gesit Juned berdandan sambil melantunkan lagu dangdut kesukaannya, "Teelaaah, kutemuuukan diirimu..." Suara Juned terdengar fals dengan volume yang terus meninggi sehingga merusak pagi yang penuh harapan. Ya, harapan yang telah Juned pupuk sejak tadi malam. Pagi ini Juned memutuskan untuk mencari seorang akhwat. Dan dia berjanji tak kan kembali sebelum pencariannya berhasil.
Semalaman Juned berpikir. Dan dia memutuskan akan menikahi seorang akhwat. Seseorang yang bisa membuatnya bahagia, setidaknya itulah yang diceritakan si Sarif. Seseorang yang terkenal jujur di kampungnya.
"Do'akan Juned Bu, Do'akan juned Pak!" Akhirnya Juned pergi. Terlihat cucuran air mata dari sang ibu yang sedih melepas kepergian sang buah hati. Ayahnya yang juragan minyak sayur itu pun seperti tak rela melepas putra tercinta.
Seketika motor Juned yang di sisi kanannya bertuliskan 'Arjuned' melesat meninggalkan kedua orang tuanya yang masih termangu melihat kegigihan putra semata wayangnya. Dari kejauhan keduanya melambaikan tangan perpisahan. Juned, do'a kami menyertaimuuu. .. ..
Motor Juned melesat kencang. Vespa antik berwarna kuning itu pergi jauh meninggalkan kampung Seger Hitut yang penuh kenangan. Angin yang bertiup kencang menemani kepergiannya.
Kota. Aku akan mencari akhwat ke Kota! Ucap juned dalam batinnya. Terlihat semangat yang membahana di kedua bola matanya. Kecepatan motor vespanya terus bertambah.Kotaaaa! I'm Coming! Iya lah ke kota! Masa sih cari akhwat ke gunung! Tul ga ? Yuu!
"Cekiiiiittttt"
Vespa Juned akhirnya berhenti di sebuah pasar di dekat kota . Mata Juned langsung celingak-celinguk. Wajahnya keringetan. Mulutnya terbuka, hah-heh-hoh. Diambilnya sebuah parfum merk pusara di tas birunya. "Srooott! Srooot. .. ."
Satu dua kali disemprotkan parfum beraroma melati campur kemenyan itu ke tubuhnya. Konon, parfum itu adalah peninggalan buyutnya Juned dan sudah turun temurun menjadi senjata pamungkas dalam menggaet perempuan. Cuma, parfum itu belum pernah dicoba untuk menggaet seorang akhwat. Jadi ini adalah pengalaman dan uji coba pertama. Juned lalu membuka sebuah kertas pemberian seorang ustadz di kampungnya.
"Ciri pertama pakaiannya tertutup, ciri kedua rajin ibadah, ciri ketiga matanya ga celilitan, ciri keempat mulutnya ga celamitan, ciri kelima-enam- tujuh…" Juned membaca satu persatu isi kertas itu. Pikiran Juned kembali ngelantur. Matanya menatap angkasa. Otaknya mulai berpikir. Menembus batas-batas kehidupan yang tak pernah bisa dia mengerti.
Di kampungnya, para remaja telah kerasukan budaya barat. Kehilangan identitas. Termasuk para gadis yang dulu polos kini banyak berubah. Mereka berpakaian tetapi telanjang. Inilah dampak lain yang terjadi gara-gara program "internet masuk desa". Cara hidup orang barat yang super "free" diserap begitu saja oleh para pemuda-pemudi kampung. Juga oleh remaja-remaji di kampung Juned. Kampung yang dulu terkenal sebagai kampung santri. Kini berubah jadi kampong "peragawati" . Peragawati kesasar. Ya..ya..ya.. .itulah nasib kampungnya Juned. Kampung Seger hitut.
Para pembaca yang budiman! Dalam sepuluh tahun ini kehidupan menjadi sangat berbeda. Cara berpikir dan bersikap ala kebarat-baratan telah menjadi virus "mengasyikan" bagi para generasi muda. Sosok seorang akhwat pun saat ini sangat sulit untuk ditemui. Yang ada hanyalah tampilan cewek-cewek berdandan ala Britney Spears. Dengan pakaian yang super minim. Dan... centilnya itu lho! jadi gimana... gitu!
Dan Juned sangat percaya akan sosok akhwat yang masih misterius. Walaupun Juned ga tau sama sekali seperti apa sosok seorang akhwat. Namun dia yakin bahwa seorang akhwat adalah seorang cewek yang soleh. Perhiasan dunia yang paling indah.
Kata Pa ustadz, ketika awal tahun 2000, masih banyak jumlah akhwat di Indonesia . Tapi Juned yakin, walau stocknya terbatas, yang namanya akhwat itu pasti tetap ada. Pokoknya, gue kudu nikah ama seorang akhwat! Ujar Juned dalam batinnya.
Ok, sekarang kita kembali kepencarian. Juned kembali konsentrasi. Matanya kembali mengintai. Setiap orang diperhatikannya. Tapi... di sana dia hanya melihat ibu-ibu yang berpakaian ketat. Juned lalu melanjutkan perjalanan ke kota. Di pinggir jalan dia melihat banyak Masjid. Namun tak terdapat kehidupan di sana. Masjid butut tak terurus, sama seperti di kampungnya.
Akhirnya Juned sampai di sebuah tempat bertuliskan 'Modern Super Mall' "Wow, fantastik!" Ujar Juned dengan lidah yang hampir saja keluar. Baru kali ini dia datang ke kota, dan baru kali ini dia melihat pemandangan seperti ini. Busyeetttt.. .!!! Itu baju apa daun pisang? Tipis banget gitu lho!!! Jelas banget gitu lhoĆ¢€¦Mata Juned terbelakak melihat gadis-gadis kota yang berpakaian super sexy.
Seketika dia menghela nafas "Emang bener jaman mau kiamat" Ujarnya pelan sambil mengusap-ngusap dada. Juned meneruskan perjalanan. Vespa antiknya kembali berlari. Dikunjunginya setiap tempat di kota, tetapi sosok seorang akhwat tak jua dia temukan. Tak kurang seribu tanya telah dia lemparkan pada setiap orang yang ditemuinya. Namun tak ada yang tahu di mana akhwat berada. Juned hampir saja frustasi. Pikirannya kembali ke sana-ke mari. "Gue kudu cari masjid, ya, cari masjid…" Seketika Juned teringat masjid, sebuah tempat yang paling jarang dia singgahi.
Akhirnya Juned sampai di sebuah masjid yang besar. Masjid itu terlihat lusuh tak terurus. Diambilnya air wudhu walau sebenarnya dia merasa jijik dengan air yang bau dan berwarna agak ke kuning-kuningan. Benar-benar ga keurus! Sekarang dirinya siap melaksanakan shalat ashar. Batinnya mencoba untuk khusyu. Ketenangan sekejap menyelimutinya. Tubuhnya yang panas penuh keringat berubah menjadi sejuk karena hembusan angin sepoi yang menentramkan hatinya. "Ya, Allah, ampunkan salah hamba selama ini. Ampunkan kelalaian hamba selama ini. Jangan engkau masukan hamba ke dalam neraka yang ngerinya minta ampun. Matahari yang jauh aja udah panas, apalagi neraka. Ya, Allah, hamba sekarang sedang mencari seorang akhwat. Perempuan yang katanya mencintai engkau dan engkaupun mencintainya. Perempuan yang katanya bisa membawa hamba pada kebenaran.Tapi, ternyata mencari akhwat itu sulit banget yaaa! Tunjukan jalan-Mu Ya Allah. Biar Juned bisa nikah ama Akhwat. Ya, Allah! Pliss... Bantu Juned!" Juned berdo'a dengan khusyu dan penuh pengharapan.
Sehabis shalat Juned terpekur duduk di teras masjid. Matahari bergerak cepat kearah barat. Sebentar lagi senja tiba. Dan Juned masih belum menemukan sosok akhwat yang dicarinya.
"De, kok melamun sih ? ga baik lho kalau anak muda melamun" Juned yang sedang ngelamun terperanjat mendengar sahutan seorang kakek berjanggut putih yang seketika ada di hadapannya.
"Iya,nih, saya lagi bingung…"
"Bingung kenapa?" Tanya kakek itu lagi.
"Begini, Kek... saya ingin menikah." Ujar Juned. Mantap.
"Menikah mah gampang atuh De, duh si Ade mah, pikir atuh De piikirrrr !!!" Si kakek berjanggut langsung nyerocos sewot. Membuat Juned keheranan. Ni, aki-aki peot, kok jadi sewot sih!
"Eh, bukannya saya ga berpikir! emang seeh menikah jaman sekarang itu mudah. Jangankan satu istri, 4 biji pun saya mampu! Cuma saya pengen nikahnya ama akhwat. Bapak tau ga di mana saya bisa menemukan seorang akhwat?"
Si kakek terlihat berpikir. Keriput di wajahnya makin terlihat mengerut. "Gampang, De, Jangankan seorang, kesebelasan akhwat pun kakek tau...".
"Wah, yang bener Kek, di mana Kek?" Juned terlihat super antusias. Matanya berbinar.
"Sepengetahuan Kakek, yang namanya akhwat itu bisa ditemukan di daerah Ngalong. Sebenarnya di daerah lain juga masih ada sih…. tapi yang Kakek tau sih di Sana ..."
Juned langsung terperanjat girang. "Thanks ya Kek...." Setelah bertanya alamat lengkap. Juned langsung menggeber vespa antiknya menuju daerah Ngalong. Sebuah daerah pinggiran kota . Tempat yang katanya masih 'steril' dan 'sehat'.
Akulah Arjuneeeeed Yang mencari akhwaaat Wahai para akhwat Cintailah aakuuuu….
Juned mengemudi sambil menyanyi kayak orang kesurupan. Kecepatan motornya bikin orang-orang di pinggir jalan pada keder. Siapa dulu donk, Arjuned gitu lho...
Akhirnya Juned sampai. Setelah turun dari motor mata Juned langsung terbelakak. Takjub. Kagum. Nafasnya naik turun ga karuan. Matanya seolah tak mau berkedip. Hebat euy…
Inikah yang namanya akhwat? Wow, kereeennn….
Ucap Juned dalam batinnya ketika melihat sekelompok perempuan berjilbab yang sedang keluar masuk masjid.. Bener-bener cocok dengan yang diceritakan Pak Ustadz. Ya, ga salah lagi… ini pasti yang namanya akhwat! Yesss…!!! Berhasil…
Juned berkata kegirangan. Dia merasa heran dengan suasana disini. Berbeda dengan daerah lainnya. Di daerah Ngalong yang namanya masjid itu rame banget. Gimana cara ngedeketin akhwat? Apa gue langsung tembak aja? Ato langsung diajak nikah kali ya? pertanyaan-pertanya an itu sekarang mulai berseliweran dalam kepala Juned. Pikiran Juned mulai ngelantur lagi. Hatinya berbunga-bunga dan penuh harapan.
"Ah, mendingan gue tanya aja ama orang itu?" Ujarnya ketika melihat seorang pemuda yang memakai peci kordofi dan berjanggut tipis.
"Maaf Mas…" sapa Juned.
"Eh, iya, ada apa?"
"Wanita-wanita itu akhwat kan ?" si pemuda terlihat keheranan dengan pertanyaan konyol Arjuned.
"I..iya akhwat, emangnya kenapa?"
"Ga kenapa-napa. ...pengen nanya aja!"
"O… Cuma nanya tooo."
Juned terlihat malu-malu. Namun akhirnya dia to the point juga.
"Eh, mas, kalo mau nikah sama akhwat caranya gimanaĆ¢€¦.?" Tanya Juned sambil petantang-petenteng . Pemuda itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Juned.
Agak kaget. Setelah itu dia terlihat berpikir. Ditatapnya Juned dari atas sampe bawah. Kaos oblong berwarna item, dipadu jaket kulit yang udah kucel, plus jelana jeans yang udah bolong-bolong. Fuihhhh... makhluk ajaib darimana nich...? Batin pemuda itu nyerocos.
Ditatapnya kembali wajah Juned yang terlihat udah ga sabar."Emang beener, mas...mas... . "
"Nama saya Arjuned."
"Oiya, emang bener mas Arjuned mau nikah sama akhwat?" Tanya pemuda itu Terlihat ragu.
"Yoi donk, kalo ngga buat apa saya berkorban capek-capek kemari. Pengorbanan saya buat sampe di tempat ini berat lho! Gimana, bisa kan?" Sang pemuda kembali terdiam. Wajah putih bersihnya terasa menyejukan di mata Juned. Kemudian dia memandang Juned. Tersenyum tipis.
"Oh, gampang, akhwat itu nikahnya sama ikhwan. Kalo Mas Arjuned ikhwan atau bukan..? Juned terdiam. Otaknya langsung macet. Jawaban pemuda berjanggut langsung membuat mulutnya terkunci. Ditatapnya mentari dalam lembayung senja yang mulai memerah. Angin berhembus mengibas rambutnya yang acak-acakan. Kemudian dia kembali menatap pemuda yang berdiri tegap dihadapannya. Tatapannya tatapan memelas. Bingung. Sekarang hanya ada satu pertanyaan yang keluar dari mulutnya. "Maaf, Mas… ikhwan itu siapa???"

Pendar Cahaya Kosan, 2005-2006
Persembahan untuk para wanita shalihah :
perhiasan dunia, calon bidadari surga.
Keep Istiqomah
...lesmana Siswara...

Selasa, 20 Januari 2009

Kepada Sang Pencinta

Jika cinta menghampirimu...

Jangan kau tundukan kepalamu dihadapannya, karena jika berlaku demikian maka dirimu akan diperhamba cinta.. jiwa dan fikirmu akan terikat oleh obsesimu terhadap cinta... ragamu selalu tersiksa oleh bayangan cinta...

Jika cinta mendekatimu

Jangan kau angkat dagumu melebihi tinggi otak kecilmu. Karena jika berbuat demikian maka dirimu tak akan dapat menerima kehangatan cinta... egomu akan terlalu tinggi berharap cinta harus bertekuk lutut dihadapanmu... kau akan selalu berharap cinta yang akan mengejarmu... padahal sesungguhnya bayang-bayang egomu yang terus mengejarmu... tak kan kau temukan cinta sejati yang diharapkan..

Jika cinta dihadapanmu

Jangan kau palingkan wajahmu dari hadapannya, karena jika bersikap demikian maka dirimu tak akan pernah belajar memaknai cinta... dirimu selalu dihantui rasa takut pada trauma dan kegagalan.. hatimu menjadi beku... perasaanmu menjadi batu... jiwamu menjadi kering..

Jika cinta menyapamu

Angkat wajahmu searahnya... tatap wajahnya.. selami jiwanya lewat sorot matanya.. temukan kedamain, temukan cinta di dalam cintanya... dirimu kan saling membutuhkan, saling berbagi dan saling mengasihi... selamanya...

Minggu, 18 Januari 2009

Untuk keluarga.


Untuk keluarga.

Andaikan………………………..

Andaikan aku diberikan kesempatan lagi, sehari saja untuk hidup bersama kedua orang tuaku..

Takkan kusia-siakan waktu untuk bermanja-manja seperti waktu kecilku…

Akan kuceritakan semua kegembiraan dan kesenangan yang pernah kualami..

Tak perlu kata-kata pujian dari keduanya….. cukup sekulum senyum hangat… tentu kegembiraanku akan berlipat ganda tak terhitung…

Akan kuceritakan semua gundah gulana, kesulitan hidup yang paling pahit sekalipun kepada keduanya….

Tak perlu kata-kata nasehat…… cukup tatapan sayu, belaian kasih sayang di kepalaku serta dekapan hangat ….. tentu segala kesulitan, kekesalan dan getirnya hidup akan sirna dalam sekejap…..

Namun…….

Kesempatan itu tak mungkin kudapatkan lagi di dunia ini...

Cukup bagiku untuk mengenang bagian dari hidupku yang pernah kuraih bersama keduanya…

Sepenggal kasih sayang, nasehat serta teguran yang masih tertanam di memori hidupku..

Betapa indah saa itu…… tak tergantikan….

Kini…..

Akan keberikan kehangatan kasih sayang yang pernah kuterima itu kepada keturunanku….

Akan kuberikan lebih dari yang mereka harapkan…

Kelak mereka akan mengerti bahwa kasih sayang itu tak hanya berwujud kesenangan semata.

Tapi teguran, nasehat, amarah,….. adalah cara untuk menunjukkan bahwa dibalik semua itu agar mereka tidak salah langkah dan arah menuju penderitaan

Kelak mereka akan sadari bahwa di dunia ini mereka tak hanya mengalami kesenangan tapi juga akan menghadapi kesulitan…

Dan mereka telah siap untuk mengarunginya…

Tak kan kusia-siakan hidup bersama mereka……………

Jumat, 16 Januari 2009

SATU EPISODE AKHIR DENGAN CINTA


Nyala lilin itu telah meredup bahkan mungkin telah padam

Mata air itu semakin mengecil bahkan mungkin tak mengeluarkan air bening lagi, mengering….

Dermaga itu kini telah kosong,

Bahtera telah mengangkat sauh, berlayar ke pelabuhan asal, yang terlihat hanya kepulan asap dari cerobong kapal yang semakin menjauh dan menghilang di balik gelombang..

Yang tersisa kini hanyalah sepotong lilin beku, bekas genangan air yang telah kering kerontang, dan dermaga sunyi yang sesekali terdengar deburan ombak menghempas tepian dermaga serta teriakan burung camar yang bercengkrama dan mematuk ikan yang muncul dipermukaan laut..

Yang tertinggal disana hanya sejuta kenangan yang mungkin akan terhapus oleh perjalanan waktu..

Suatu ketika lilin itu akan kembali menyala tapi bukan untuk menerangi dan menuntun langkahku, Mata air itu akan kembali meneteskan air bening tapi bukan untuk menghapus dahagaku, dermaga itu akan disinggahi bahtera lain tapi dengan nahkoda cinta yang lain…

Kala itu keceriaan akan kembali terpancar disekelilingnya… entah untuk selamanya atau hanya utuk satu episode cinta….

Ini bukan akhir, tapi ini awal dari kelanjutan episode hidup berikutnya….